Rabu, 09 Januari 2019

Meneladani Jejak Juang Seorang Edy



Meneladani Jejak Juang Seorang Edy

Oleh Siska Irma Diana








 





 




Bernama lengkap Edy Fajar Prasetyo, seorang pemuda yang lahir dan besar di Jakarta Pusat. Semenjak kuliah, ia lebih banyak beraktifitas di Tangerang Selatan. Namun kini, ia berdomisili di Kota Patriot, Bekasi. Pemuda kelahiran 17 September 1992 menempuh pendidikan di TK Rusdibra Kemayoran Jakarta Pusat, SDN 11 Pagi, SMP 59 Jakarta, SMAN  1 Jakarta atau lebih dikenal dengan SMA Boedoet (Boedi Oetomo) dan S1 Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Putra kelima dari pasangan Alm. Tupoan Ahmad Ikhsan dan Ratna Nirmala Ningsih ini begitu gemilang dengan sederet raihan prestasi.
Pemuda yang akrab disapa Edy ini memiliki banyak keahlian, ia merupakan penulis, organisatoris dan pebisnis. Tiga buku yang sudah ia terbitkan berjudul Kami Berani Beda, Ketika Sesuatu Harus dituliskan, dan Mencetak Generasi CLBK. Edy juga berhimpun dalam organisasi Forum Indonesia Muda (FIM), BPH Market (Masyarakat Kreatif Tangsel) dan ketua di Ikatan Pemuda Kreatif Indonesia (IPKI). Edy juga merupakan pendiri Eco Business Indonesia (EBI) dan The Academy Of Indonesia Public Speakers.
Tidak heran, begitu banyak prestasi yang ia dapat, di antaranya sebagai Pemuda Hebat Kemenpora RI 2018, peraih penghargaan Mentri Pendidikan, Menteri Koperasi & UMKM, Bank Indonesia, Kementrian  Agama dan Kementrian Perindustrian, Awardee Course Education Copenhagen Denmark 2018, Duta Pemuda Kreatif Indonesia 2017, Top 5 Wirausaha Muda Mandiri 2017, 3rd Winner Asean Preneur Kuala Lumpur Malaysia, dan Guest Speaking King Mongkut Institute Technology Ladkrabang Bangkok Thailand.

      Eco Business Indonesia: Olah Sampah Menjadi Rupiah
Eco Business Indonesia atau EBI, merupakan suatu usaha yang berkontribusi dalam usaha pemberdayaan masyarakat di wilayah Tangsel, dengan memanfaatkan sampah pelastik di perkotaan menjadi produk kreatif bernilai jual. Kini, EBI mampu membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
Edy, sosok pemuda kreatif selaku founder Eco Business Indonesia mengaku membangun bisnis dengan keunikan. Ebi memiliki visi mencuptakan suatu ekosistem yang ramah lingkungan namun juga memiliki dukungan financial yang baik. Selain itu, terus percaya diri adalah spirit yang selalu ia pegang. Dalam berbisnis, ia juga selalu membuka komunikasi dengan komunitas dan organisasi. Meski sekadar membuka kases, tetapi menurut Edy, dengan begitu koneksinya justru berkembang leih cepat.
Bisnis bagi Edy merupakan satu sarana ikhtiar yang tidak semata berorientasi pada profit, tetapi bagaimana bisnis dapat berdaya dan memberdayakan. Ia mengumpamakan bisnis itu seperti kendaraan yang bisa cepat menuju sukses dan memberikan pengaruh tanpa harus menunggu hingga jenjang  Professor.

      Berikut hasil wawancara seputar Edy dan dunia Bisnisnya:
      Dari mana memperoleh motivasi dan spirit berbisnis?
Dulu,saat di SMA kakak termasuk aktif ikut kegiatan ekstrakulikuler, ikut Rohis, Osis, Pencak silat dan Futsal. Yang menarik di SMA Boedoet itu penggemblengan  dari ekstrakulikuler, itulah yang  banyak menempa softskill kemandirian, levelnya sudah seperti Unit Kerja Mahasiswa (UKM). Disitu banyak mengasah keberanian kakak.
Cikal bakal kakak memulai bisnis itu berdagangsaat di  SMP. Saat itu kakak jualan kopi seduhan. Jadi, tiap malem kakak jualan di depan rumah. Awalnya  kakak sering lihat banyak pedagang kaki lima yang berjualan makanan. Kemudian kakak ngeliat ada peluang nih, orang-orang yang jualan itu sering kakak seduhin kopi. Sepulang sekolah, disamping SMP ada agen took-toko, akka beli satu renceng kopi di sana jadi lebih murah.  Modalnya dari kakak kumpilin uang jajan malamnya kakak jual. Nah, dari situlah kepupuk jiwa berdagangnya sampai SMA.
Sebelum kakak di EBI, dulu kakak sempet buka usaha  aksesoris handphone. Awalnya jual pulsa, intinya dagang kan memberanikan diri untuk usaha, itu waktu SMA  dari kelas satu. Di SMAjuga kakak jualan nasi uduk, apapun yang bisa dijual sih, intinya memberanikan diri untuk jualan. Kalo yang di SMA dari hari senin sampai jumat dan dulu sebenernya atas ketidaksengajaan disitu kakak belajar main peluang.
Kakak kalo ke Sekolah sering bawa bekel nasi uduk, beli di rumah makannya di sekolah. Nah temen-temen banyak yang sering minta, lama-lama banyak yang s nitip. Harganya kakak lebihin aja, misalnya, harga 3000 kakak jualnya 4000,lumayan untuk ongkos kakak. Kok suatu waktu hampir satu kelas itu mau pesen, ya udah kenapa enggabikin aja sendiri. Ibu kakak masakannya enak kan, dari situ istilah pre order pertama kali memanfaatkan handphone yang cuma bisa SMS. Jadi kakak sering nawarin ke temen-temen, ada yang mau order engga. Jadi udah jelas ketika kakak bawa dagangan pasti habis. Karena orderan itu lumayan banyak, dari situ kakak bisa bayar SPP sendiri, bisa beli satu sepedah fiksi, lumayan lah untuk seukuran anak SMA waktu itu.

      Adakah bakat bisnis dari orangtua?
Kalo dilihat dari keturunan orangtua kakak sih dulu sempet punya warung dirumah. Secara gak langsung mungkin tersirat untuk belajar berdagang.Setiap hari ngeliatin ibu jualan dan di lacinya banyak uang, jadi menarik untuk jualan, dari situ secara gak langsung kakak dapet nilai-nilai berdangan meskipun gak diajarin secara  langsung. Kalau Yah, beliau ini kerjanya ini di PLN.Ayah kakak udah almarhum, ini masuk tahun kedua. Jadi dulu. Karena dulu punya kompetensi di bidang listrik jadi banyak terlbat di bidang vokasional.

Sejauh ini belajar bisnis dari mana saja?
Kakak belajar dari banyak orang, dari banyak referensi, sumber buku, internet dan segala macam.Kakak berfikir ketika kita mau memulai usaha dan berhasil, cukup ikutin orang yang sudah berhasil.Kita ngeliatin polanya karena semua berpola. Yaudah kakak belajar sama mentor-mentor. Ada beberapa orang yang konsen dibidang digital marketing, jadi kakak belajarnya terus bahkan sama semua orang yang kakak jumpai. Karena kalo kita ngomong lebih dalam, sebenernya setiap orang punya value masing-masing. Meski sekadar tukang nasi goreng atau siapapun itu pasti ada yang bisa dipetik.

Bagaimana sepak terjang terbentuknya EBI?
Sebenernya awal-awal  kuliah sebelum di EBI, kakak jualan kuliner. Produknya tahu goreng yang kakak jual ke asrama-asrama ke kelas-kelas lumayan banyak yang beli. Namanya tahu gledek, tahu fried chicken dalemnya pedes. Dari situ, sehari bisa seratus, dua ratus pcs untungnya lumayan. Produk itu kakak bikin sendiri, jadi kakak cari timsaat itu timnya ada 3 orang, kakak, temen kakak anak Tarbiyah dan koki. Setelah laku satu dua bulan, di bulan ketiga bangkrut karena keuntungn dan alat-alatnya dibawa kabur sama kokinya. Kebetulan koki ini saudaranya temen kakak yang anak tarbiyah ini. Makanya kakak percaya. Tapi namanya di bisnis masih awam gak semudah itu kita ngasih kepercayaan ke orang, harus ada yang namanya kesepakan yang jelas, MOU, hitam di atas putih dan kakak banyak belajar dari situ.

Berkembangnya EBI sejak kapan?
Sebenarnya EBI ini projek idealisme, karena kakak dapet beasiswa bidikmisi kakak sekedar ingin kasih feedback ke lingkungan, tapi ternyata ketika ditekunin kok bisnis ini cukup menjanjikan, ada profit yang bisa memberi dampak sosial. Akhirnya kakak kembangin terus. Tahun 2013 perlahan-lahan EBI mulai naik level.  Kakak juga membuka diri dan  belajar sama komunitas dan organisasi dan teman-teman yang jauh lebih dulu berhasil juga lembaga-lembaga sosial NGO. Kakak sempat dapat inkuibasi dari Bank Indonesia dari ILO juga. Bermodalkan keyakinan dan ide, kakak dapet dana hibah 25 juta di  semester 3. Itu hasil seleksi dari bank Indonesia. Dari UIN ada empat orang, kakak salah satunya. Sambil berjalan fasenya terus berdampingan sampai satu tahun. Nah dari situ sempat membuka, kenapa engga EBI tadi kita seriusin. Akhirnya Alhamdulillah smpai sekarang berjalan dan belajar terus.

Cikal terbentuknya nama EBI?
Nama EBI berawal ketika ngobrol-ngobrol di Komus FEB bersama Bang Sarudi usai shalat maghrib. Bang Sarudi juga menang anugrah dari Bank Indonesia, dia dapet 24 juta lebih. Dia punya komunitas juga dibidang organik, mengelola kertas. Kakak tanya ke Dia tentang nama apakira-kira yang bagus. Ya udah EBI aja, EBI itu dari awal mula sebenernya kombinasi antara  Edy dan BI. Jadi kita dipertemukan waktu itu bikin projek bareng. Tapi semakin kesini kita coba ganti filosofinya Eco Business Indonesia (EBI) jadi kita membangun usaha yang berbasis Eco Friendly dan berkembang sampai hari ini.

Berapa tim yang ikut serta mengembangkan EBI?
Kalo di EBI co-foundernya ada lima orang termasuk kakak, Ibu Eli, Andis, Imas dan Nadia. Selain Bu Eli, sisanya anak UIN semua. Bu Eli merupakan produsen tas daur ulang jadi prinsipnya kakak kolaborasi dan sinergi. Ibu Eli berdomisili di jalan tidore di Cileduk dia memang udah punya usaha daur ulang jadi kita bantu inter connecting aja. Kakak dan tim bangun akses, produsennya beliau. Terus lama-lama kita improve dan terus ngembangin produk-produk baru. Kita juga memberikan transfer knowladge, yang tadinya Ibu Eli cuma bisa sendiri, ilmunya dishare ke ibu-ibu yang lain. Sekarang kita punya tim diproduksi lebih kurang 10 orang, itu di daerah Kedaung.

Awal kenal dengan produsen daur ulang sampah?
Awalnya ada event pameran di  UIN, itu acaranya PKPU. Kebetulan beliau isi stand. Kakak waktu itu jadi MC, kemudian kakak ngobrol dan diskusi dengan beliau, akhirnya bismillah kakak silaturahim ke rumah Bu Eli. Ternyata konsep beliau sama dengan konsep kakak dan kakak belajar banyak dengan Bu Eli. Kakak belajar di tempat beliau di Cileduk. Waktu itu belum ada nama usahanya yang penting jalanin aja. Intinya karena sudah punya produk, sistemnya kakak beli putus. "Saya beli ya bu tapi nanti saya jual lagi dengan brand saya." Beliau yang produksi, kakak yang  jual atas nama EBI Bag.

Peran beliau untuk EBI seperti apa?
Beliau banyak terlibat secara langsung di EBI. Yang dulunya bergerak sendiri, sekarang punya rekanan dan juga Bu Eli dan tim ini jadi tenaga tutor. Jadi kalo kakak ada event workshop dari kementrian, pendampingan, lembaga, atau kampus, kakak melibatkan ibu-ibu ini sebagai tutor. sehingga ada pendapatan yang bisa mereka dapat selain dari jualan produk daur ulang.

Adakah komunitas yang menjadi ruang belajar untuk berbisnis?
Di UIN yang khusus gitu engga ada, tapi ya kita sinergi aja sama mereka yang mau kolaborasi sama HMJ, Dema Fakultas dan siapapun yang mau kita open. Kalo UIN secara langsung ya kita paling kerjasama kalo ada event. Dulu, waktu kakak semester 3 belajar ke mana-mana bahkan ke UI nyari komunitas entrepreneur di sana karena di sini engga ada. Waktu itu gak ada komunitas entrepreneur jadi kakak inisiatif sama temen-temen yang punya kegelisahan yang sama, punya usaha tapi gak punya wadah. Akhirnya, kita bikin namanya UIN Preneurs. Foundernya kakak, Bang Cuplis yang punya Pondok Sepedah, terus banyak tim yang masuk, ada Bang Darwis yang punya Kamera Wisata, Bang Deni yang punya Ini Sablon dan Bang Ismed yang punya Sop Duren Kepo.

Mengapa memilih daur ulang sampah menjadi bisnis yang ditekuni?
Sebenernya, kakak berfikir kalo kita udh nemuin bisnis yang tepat apapun komoditas jenis bisnisnya itu bakal jalan. Cuma waktu kakak ngejalanin EBI ini boomingnya di sampah. Selain itu kakak ada usaha lain juga, yaitu Sekolah komunikasi  yang sesuai sama passion kakak. Awal-awal sempet bikin travel dan Event Organizer  bareng temen-temen tapi sekarang focus ke EBI. EBI engga hanya jualan produk aja, kita juga konsultan, akselerator program pemberdayaan jadi bantuin program-program pendampingan, pemberdayaan. Kita. Ini event paling deket kita kerjasama bareng teman-teman di Garut kita bikin namanya Aksi Berdayakan Indonesia (ABDI).

Sejauh ini, apa saja kendala yang dihadapi?
Kalo sekarang yang paling kakak rasain sih di tim. Karena awalnya kan ini kegiatan sosial jadi beberapa temen-temen co-founder lagi fokus mengembangkan kapasitas dirinya untuk nanti fokus mengembangkan kapasitas dirinya untuk nanti balik lagi. Mereka ada yang lagi S2 dan lain sebagainya. Jadi kakak lagi coba nyari pola untuk membangun tim yang lebih solid.Tahun depan kami ingin buat EBI jadi yayasan EBI Indonesia Foundation. Meski Yayasan tapi mandiri karena akan lebih banyak kegiatan sosialnya.
Kalau dari segi dana bukan jadi kendala berarti, mungkin targetnya belum terlalu perlu dana untuk skill up dan segala macem. Yang penting kita punya market, basis produk dan networkingnya ya Alhamdulillah ada perputaran disitu. Terakhir kita juga ada link kerjasama denganPT. KOBE tapi nilai kontraknya engga besar 8.500.000 kita bikin handycraft dari sampah mereka yang kita olah kemudian kita jual lagi ke mereka. Jadi kita ngga sekedar jualan langsung ke pembeli jadi langsung ke B to B (business to business). Kiita kerjasama ke lembaga-lembaga dan institusi gitu.

Target pasar EBI kemana saja?
Awalnya engga tau mau ke mana targetnya, karena sekadar ingin kontribusi aja jadi kita yang penting jalan aja. Sharing, jadi lama-lama kan learning by doing ketemulah dengan yang lebih ideal target marketnya seperti lembaga dan orang-orang tapi emang yang lebih aware dengan lingkungan.

Berkembangnya EBI  sejak kapan?
Semenjak 2015 kayanya, karena banyak media yang meliput hampir semua stasiun media mainstream, bahkan beberapa kalo ada curtomer yang masuk mereka taunya dari internet. Jadi awal mula waktu itu Koran Sindo terus masuk detik.com langsung ngeboost gitu. Sehingga punya satu keperayaan diri lagi untuk ngelola sampah. EBI terus step by step termasuk yang kemaren belum lama ke Denmark dan Swedia karena bawa kegiatan sampah. Bismillah aja kita, pelan-pelan ngebangun pondasi dan  menceritakan value yang kita bangundan serta story yang udah kita jalanin.


Penghasilan yang sudah didapat?
Penghasilan Alhamdulillah lumayan, kalo di EBI kita proyek by event omset paling besar kita pernah dapat sampai 48 juta. Kita dinamis aja kakak fokusnya EBI kegiatan. Kakak secara professional berdiri juga kakak punya koor kompetensi lain jadi kakak selain expert di bidang pemberdayaan, kakak konsultan juga, kakak ngajar di dalam lapas di BNPT lapak teroris untuk melatih sotfskill agar nantinya ketika keluar mereka punya keahlian.

Tips memepertahankan bisnis?
 Yang pertama, kita harus tau alasan kuat kenapa bisnis itu dibangun, apa karena ikut-ikutan ngeliat temen, tren  atau karena passion. Ketika bisnis itu didirikan, kita akan jaga meskipun kondisinya kaya gimana karena ada ruhnya di situ. Kalo kakak memang berbasis kesenangan, passion kakak berinteraksi dengan sosial, jadi seneng aja sekalipun gak ada untung tapi ada satu kepuasan ada sesuatu yang gak bisa dinilai dengan uang. Nah dari situ terus kakak berkembang belajar sama mentor-mentor dan selalu adaptasi sama lingkungan dan terus inovasi hal-hal baru.
Intinya jangan takut untuk memulai bisnis karena yang membedakan kita dengan orang-orang yang sudah berhasil adalah kemampuan untuk mengeksekusi take actionnya. Ketika kita pengen yah segerakan aja niatnya nanti bisa sambil belajar. Jangan lambat mengeksekusi perencanaan. Yang penting selalu merasa haus akan hal-hal yang baru dan jangan cepet merasa puas kita harus terus belajar sekalipun dengan orang baru dan yang levelnya di bawah kita.

Pandangan terhadap millennial dalam merespon dunia bisnis?
Kalo pandangan kakak millennial sekarang bagus ya apalagi banyak dinamika, platform-platform yang bisa mempercepat bisnis mereka, bisa  pakai intagram, youtube dan segala macam. Sisi positifnya temen-temen millennial sekarang bisa begitu cepat menjadi berhasil tanpa melewati fase-fase kaya jaman dulu. Dalam seminggu bisa creat bisnis yang booming. Tapi kecenderungan negatifnya adalah kita jadi hidup di fase dimana banyak teman-teman millennial yang inginnya instan pengen langsung jadi, mereka juga kurang menempatkan diri lah, etika bisnisnya dalam tanda kutip. Tapi  ya itu bisa disesuaikan sih kalo mau belajar dan punya mentor atau coach.

Yang lebih penting modifikasi bisnis orang lain atau inovasi?
Yang lebih bagus kita bisnis berdasarkan kebutuhan orang, karena belum tentu ketika kita modifikasi kita amati dari orang tapi produk yang kita tiru itu gak laku-laku amat. Misalnya Capucino Cincau nih dulu booming kita tiru toh sekarang udah sepi. Es kepal Milo yang dulu banyak sekarang trend nya udah turun kalo kita tiru toh belum tentu seberhasil dulu. Cara paling gampang adalah temen-temen cukup buka google bisa dicari ada namanya google trend. Apa yang paling banyak dicari orang bisa terlihat. Jadi, kita bisa bangun bisnis dari situ. Kira-kira gua kalo bikin bisnis cumi-cumi goreng ada gak sih yang nyari cumi-cumi goreng di google. Hijab kemungkinan yang paling banyak dicari kan kemungkinan itu pasarnya pasar basah karena banyak orang yang butuh. Tapi kita juga harus punya inovasi karena kalo kita jual jilbab kita gak punya kelebihan, kita gak punya keunggulan yah susah juga kita menang di pasaran. Paling engga kalo kita engga punya ciri khas kita menang di kualitas lah, mungkin kita servicenya lebih bagus kita berani kasih garansi gitu jadi selalu memberikan sesuatu yang lebih.

Ciri khas yang dimiliki EBI dibandingkan produk daur ulang lainnya ?
Kalo kita dibilang produk sih sama karena yang kita bangun itu bukan produk tapi story. Kita jual produk-produk cindera mata misalkan, yang kita bawa valuenya jadi ini gak sekedar kualitas bagus tapi juga ramah lingkungan ikut membantu program pemberdayaan, sehingga ada nuansa social movement dibalik produknya. Produk EBI yang dibuat ada tas daur ulang, dompet, souvenir dan yang terbaru karikatur sampah.

Pameran bisnis apa saja yang sudah diikuti?
Event-event dalam negeri terakhir ada acara APEC di Bali, acara BI, acara Kementrian Perindustrian dan banyak sih komunitas. Kalo di luar negeri udah ke Malaysia,  sempet dibawa ke Pakistan juga tapi ya sebatas memperkenalkan produk aja. Jadi nama yang bisa ditaro ya kita taro toh gratis juga kan.

Prestasi yang sudah di dapa sejauh ini?
Prestasi yang paling baik adalah ketika kegiatan kita dapat diterima dengan baik di masyarakat. Masyarakat ikut terlibat, antusias dan ada yang bisa mereka dapatkan dari kegiatan kita. Tapi mungkin ada beberapa penghargaan beberapa waktu lalu dapat penghargaan Pemuda Hebat Kemenpora jadi inisiasi kegiatan pemuda hebat se-Indonesia, dapat The Best Produc E-craft di Tangsel Creatif Awards. Terus dapat program dari Kemendikbud, penghargaan Wira Usaha Muda Mandiri dan lain sebagainya.

EBI sudah membawa Edy sejauh mana?
Sudah membawa kakak ke atmosfir yang lebih luas kaya kakak bisa kenal dengan orang-orang yang levelnya di atas kakak, dipertemukan dalam satu kesetaraan padah dari level mereka jah lebih mumpuni. Cuma karena kakak mengatasnamakan Eco Business Indonesia jadi kadang satu forum tuh kakak duduk bareng sama mentri kadang speech bareng. Yang pengaruh juga adalah keterbukaan akses, EBI menjadi salah satu wasilah untuk kakak keliling Indonesia ke berbagai macam provinsi dan Negara tetangga.

Rencana ke depannya EBI seperti apa?
Mimpi besarnya EBI jadi yaysan, kita pengen punya sekolah kreatif sendiri, kampung kreatif terus punya satu market place yang isinya itu barang-barang kreatif dan barang-barang pemberdayaan. Masih banyak mimpi-mimpi yang pengen kita bangun. Impian paling besarnya pengen bikin kawasan yang eco gitu namanya eco living land jadi kaya satu tempat yang itu yang serba eco friendly.

Bagaimana mengimbangi antara kuliah dengan berbisnis?
Kalo sekarang kan Alhamdulillah kakak udah lulus kalo dulu memang fase-fase mengembangkan jadi satu tantangan tersendiri.  Kakak berfikir yang namanya management waktu itu baru bisa dilakukan kalo kita punya banyak aktifitas, kalo hanya kuliah saja ya apa yang mau dimanage. Justru kita belajar memanage ketika kita punya beberapa peran di organisasi, di bisnis, di komunitas di kegiatan sosial. Dari situ kakak punya pengalaman barulah dari cara mensimbiosiskannya adalah dengan cara tidak saling dibentrokkan. Kita cari aja simbiosis apa yang bisa saling bersinergi. Kakak kadang bisa sambil bisnis sambil melakukan program di komunitas di organisasi jadi bisa saling melink.
Karena kadang ilmu yang didapat di luar justru lebih banyak dari pada di dalam kampus. Jadi secara akademik juga bisa menopang. Boleh jadi pengalaman yang kita punya belum didapat oleh mahasiswa yang hanya kuliah aja. Dari IPK kakak sempet dua semester dapet 4 itu di semester lima dan tujuh. Rencana personal kedepan pengen cari beasiswa lain kayanya menarik beasiswa LPDP dan lainnya.

      Pesan untuk mahasiswa?
Ketika temen-temen mau melakukan sesuatu kalo pun bukan bisnis pengen punya gerakan komunitas mencipta hal yang baru ya so far so good selama niatnya baik ya lakuin aja jangan pernah takut salah. Sarana kita ketika masih kuliah ibarat laboratorium ya ini tempat kita bereksperimen apapun itu, mau jungkin balik selama masih dalam koridor pembelajaran. Karena jika nanti sudah masuk ke dunia nyata kita sudah punya pengalaman yang banyak dan mumpuni.
Untuk yang salah jurusan, boleh jadi rencnana kita baik tapi yang allah kasih boleh jadi lebih baik jadi kalo pandai liat sudut pandang hikmahnya sih fine yah. secara implementasi kakak sedniri gak dapet banyak di kampus karena fungsi S1 itu yang kakak liat yah untuk mengasah nalar berfikir kita bisa beretika dan sopan santun dengan orang lain. Masalah ilmu bisa di dapat dari mana aja kok.
Bisnis buat kakak jadi satu sarana ikhtiar, kalo emng orientasi profit rezeki udah ada yng atur kita mau bisnis atau engga selama kita punya proses ikhtiar yang baik pasti rezeki akan datang selama kita menjemputnya tapi kalau bisnis Karen aorientasinya tadi ingin kaya tapi tidak mengayakan orang ingin kaya tapi tidak bermanfaat. Bagaimna crana ktika punya niatan bisnisnya bisnisnya berdaya dan memberdayakan lagi lagi bisnis itu menjadi kendaraan kenapa bisnis itu bisa jadi salah satu alternative karena ibarat kendaraan bisnis ini moto gp motor yang bisa cepet kalo udah klik kita gak harus nunggu jenjang  professor untuk bisa berhasil dan mmberikan pengaruh.






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Unggul

Bisnis Media Ala Mahasiswa

                                          Sumber gambar  http://kmfjakarta.com/ Selamat berkunjung sobat rupiah, dalam artike...

Postingan Populer